Spesial H-1 dalam memeriahkan Maulid Nabi Muhammad, saya akan share sedikit pengetahuan yang saya dapat dari Kitab As-Syamailul Muhammadiyyah (Pribadi dan Budi Pekerti Rasulullah SAW) – Imam At-Tirmidzi mengenai Sholat Malam Rasulullah.
=====================
Mughirah bin Syu’bah r.a. pernah menyaksikan Rasulullah saw. shalat, dan ia (Mughirah) bercerita :
“Rasulullah saw. berdiri (shalat) sampai bengkak kedua kakinya. Kepadanya ditanyakan :
‘Mengapa anda membebani diri dengan hal yang demikian ? Bukankah Allah swt. telah mengampuni anda dari segala dosa anda, baik yang terdahulu maupun yang akan datang?’
Rasulullah saw. berdabda : ‘Tidak patutkah saya menjadi hamba Allah yang bersyukur?”[1]
(Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa’id, juga oleh Basyar bin Mu’adz, dari Abu ‘Awanah, dari Ziyad bin ‘Alaqah, yang bersumber dari al-Mughirah bin Syu’bah r.a.).
====================
Kuraib r.a. bercerita, bahwasanya Ibnu ‘Abbas r.a. mengkhabarkan kepadanya (Kuraib), bahwasanya ia (Ibnu ‘Abbas r.a.) pernah bermalam di rumah Maemunah (Istri Rasulullah saw.), dan ia (Maemunah r.a.) adalah bibinya (saudara ibunya). Ibnu ‘Abbas berkata :
“Aku berbaring pada bagian sisi lebar bantal, dan Rasulullah saw. berbaring pada sisi panjangnya. Lalu Rasulullah saw. tidur sampai tengah malam (kurang sedikit) atau lewat sedikit dari tengah malam, Rasulullah saw. bangun dari tidurnya. Kemudian beliau menyapu bekas tidurnya dari mukanya dan membaca sepuluh ayat terakhir dari surat Ali Imran. Kemudian beliau berdiri dan menuju girbah (tempat air) yang tergantung. Maka beliau berwudlu dari Air girbah itu dengan sebaik-baiknya. Kemudian beliau berdiri melakukan shalat”.
Selanjutnya ‘Abdullah bin ‘Abbas (Ibnu ‘Abbas r.a.) berkata :
“Maka aku pun berdiri (hendak melakukan sholat) di sampingnya, lantas Rasulullah saw. meletakkan tangan kanannya di atas kepalaku, kemudian memegang telinga kananku dan beliau menarikku. Setelah itu beliau sholat dua raka’at, kemudian dua rakaat lagi, kemudian dua rakaat lagi, kemudian dua rakaat lagi, kemudian dua rakaat lagi, kemudian dua rakaat lagi. (Perawi yang bernama Ma’an berkata : “Enam kali dua rakaat”). Kemudian beliau shalat witir, kemudian beliau berbaring sampai terdengar suara Mu’adzin mengumandangkan adzan. kemudian beliau berdiri melaksanakan shalat dua rakaat dengan ringkas. Setelah itu, beliau keluar untuk melakukan sholat shubuh”[2])
(Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa’id, dari Malik bin Anas, dan diriwayatkan pula oleh Ishaq bin Musa al-Anshari, dari Ma’an, dari Malik, dari Makhramah bin Sulaiman, dari Kuraib, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas r.a.)
====================
Ibnu ‘Abbas r.a. berkata :
“Nabi saw. shalat malam hari tigabelas rakaat”.[3])
(Diriwayatkan oleh Abu Kuraib Muhammad bin al-A’la, dari Waki’, dari Syu’bah, dari Abi Jamrah, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas r.a.)
====================
Abu Hurairah r.a. meriwayatkan :
Nabi saw. bersabda : “Apabila salah seorang dari kalian bangun (shalat) malam hari, maka hendaklah ia memulai shalatnya dengan dua rakaat yang ringkas (tidak panjang).”[4])
(Diriwayatkan oleh Muhammad bin al-A’la, dari Abu Usamah, dari Hisyam – Ibnu Hisan, dari Muhammad bin Sirin, yang bersumber dari Abu Hurairah r.a.)
====================
Zaid bin Khalid al-Juhani r.a.[5]) bercerita :
“Sungguh, aku pernah memperhatikan shalat Nabi saw. Kala itu aku tidur di ambang pintu rumahnya / kemahnya. Rasulullah saw. melaksanakan shalatnya dua rakaat dengan ringkas. Kemudian beliau shalat dua rakaat dengan panjang sekali. Kemudian beliau shalat dua rakaat yang lebih pendek dari yang sebelumnya, kemudian beliau shalat dua raka’at yang lebih pendek dari sebelumnya, kemudian beliau shalat lagi dua raka’at yang lebih pendek dari sebelumnya, kemudian beliau shalat lagi dua rakaat yang lebih pendek dari sebelumnya, kemudian beliau shalat witir, maka shalat beliau berjumlah tigabelas rakaat”[5]
(Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa’id yang ia terima dari Malik bin Anas. Selain itu, diriwayatkan pula oleh Ishaq bin Musa, dari Ma’an, yang ia terima juga dari Malik, dari ‘Abdullah bin Abi Bakrah, dari bapaknya, dari ‘Abdullah bin Qies bin Makhramah, yang bersumber dari Zaid bin Khalid al-Juhani r.a.).
====================
Hudzaifah bin al-Yamani r.a. menceritakan pengalamannya sewaktu shalat malam bersama Rasulullah saw. :
“Manakala Rasulullah saw. memulai shalat, dibacanya :
Allahu Akbar dzul malakuti wal jabaruti wal kibriyai wal ‘adhamah” (Allah Maha Besar, Pemilik segala kerajaan, segala kekuasaan, kebesaran dan keagungan).
Hudzaifah r.a. menyambung ceritanya :
“Kemudian Nabi saw. membaca surat al-Baqarah, kemudian ruku. Rukunya hampir sama lamanya dengan berdirinya. Tatkala ruku, beliau membaca :
“Subhana rabbiyal adhim, subhana robbiyal ‘adhim” (Maha Suci Allah Yang Maha Agung, Maha Suci Allah Yang Maha Agung).
Kemudian beliau mengangkat kepalanya untuk berdiri. Berdirinya (i’tidal) hampir sama lamanya dengan rukunya. Ketika itu beliau membaca :
“Li rabbiyal hamd, li rabbiyal hamd”. (Segala puji bagi Rab-ku, segala puji bagi Rab-ku).
Kemudian beliau sujud, sujudnya hampir sama lamanya dengan berdirinya, ketika itu beliau membaca :
“Subhana rabbiyal a’la, subhana rabbiyal a’la” (Maha Suci Rab-ku yang Maha Tinggi, Maha Suci Rab-ku yang Maha Tinggi).
Kemudian beliau mengangkat kepalanya dari sujud (duduk di antara dua sujud). Duduknya (antara dua sujud), hampir sama lamanya dengan sujud, ketika itu beliau membaca :
“rab-bighfirli, Rabbighfirli (Ya Rabbi ampunilah daku, ya rabbi ampunilah daku).”
Pada shalatnya itu, beliau membaca surat al-Baqarah, surat Ali Imran, an-Nisa, al-Maidah atau al-An’am (Perawi ragu apakah surat al-Maidah atau surat al-An’am)”[6])
(Diriwayatkan oleh Muhammad bin al-Mutsanna, dari Muhammad bin Ja’far, dari Syu’bah, dari ‘Amr bin Murrah, dari Abi Hamzah al-Anshari, dari seorang laki-laki Bani ‘Abbas, yang bersumber dari Hudzaifah bin al-Yamani r.a.).
====================
‘Aisyah r.a. berkata :
“Sesungguhnya Nabi saw. shalat sambil duduk. Beliau membaca (Fatihah dan surat) sambil duduk. Apabila bacaan suratnya tinggal sekitar tigapuluh atau empat puluh ayat, beliau berdiri dan membacanya sambil berdiri, kemudian ruku dan sujud. Pada rakaat kedua, beliau berbuat seperti itu”[7])
(Diriwayatkan oleh Ishaq bin Musa al-Anshari, dari Ma’an, dari Malik, dari Abi Nadhr, dari Abi Salamah, yang bersumber dari ‘Aisyah r.a.).
====================
Note :
1) Lihat dalam Shahih Bukhari, bab “Shalatul-Lail”, juga terdapat dalam Shahih Muslim, Sunan Tirmidzi, bab “Shalat”, juga dalam Sunan Nasai dan Ibnu Majah.
2) Lihat pula dalam Sunan Tirmidzi, bab “Shalat”, Hadits no 232, dan terdapat pula dalam Shahih Bukhari dan Muslim, juga dalam kitab Hadits lainnya.
3) Lihat dalam Sunan Tirmidzi, bab “Shalat”, Hadits no. 442, dan terdapat pula dalam Shahih Bukhari dan Muslim.
4. Lihat dalam Shahih Muslim, bab “Shalat”, Hadits no. 768
5. Ia adalah Shahabat Rasulullah. dari golongan kaum Anshar, ia pun merupakan salah seorang pengikut perjanjian Hudaibiyah
6. Tercantum pula dalam Sunan Tirmidzi, bab “Shalat”, Hadits no. 262, juga dalam Musnad Ahmad, Shahih Muslim, Sunan Abu Daud, dan Sunan Ibnu Majah
7. Tercantum pula dalam Sunan Tirmidzi, bab “Shalat”, Hadits no. 374, juga dalam Sunan Abu Daud, bab “Shalat”, Hadits no. 955, juga terdapat dalam Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Ibnu Majah dan Sunan Nasai.
====================
Besok tepatnya tanggal 24 January 2013 / 12 Rabi’ul Awwal 1434 H saya sangat gembira sekali, karna pada tanggal tersebut adalah hari dimana Rasulullah SAW dilahirkan, dan cara yang saya lakukan untuk memeriahkan bulan kelahiran beliau adalah sedikit sharing mengenai Pribadi dan Budi Pekerti Rasulullah SAW yang bersumber dari beberapa kitab salah satunya yaitu Kitab As-Syamailul Muhammadiyyah (Pribadi dan Budi Pekerti Rasulullah SAW) yang ditulis oleh Imam At-Tirmidzi.
“Allahuma Shali Ala Sayyidina Muhammad Wa Ala Ali Sayyidina Muhammad.”
Yang mau share tulisan ini silahkan, 😉